Senin, 06 Desember 2010
JUST BE YOUR SELF - JUST BE MY SELF
7 desember 2010, Pukul 00:15
Pertama kali seorang yang asing mengatakan kepadaku seperti ini : ..."Mbak, gak' pantes...".
Untuk sejenak aku tertegun. Dan langsung mematikan rokok yang baru saja kunyalakan.
Hmm, mungkin dalam pikiran mas asing itu, aku terlalu manis untuk merokok (hehe).
Aku bukan seorang perokok. Aku tidak merokok.
Tapi tadi malam aku ingin sekali merokok, karena kata teman-teman rokok bisa sedikit meringankan beban pikiran, selain alkohol tentunya.
Tetapi ketika mendapat "teguran" dari pria asing itu,
well well well .... Aku tersadar bahwa bagaimanapun beban yang sedang aku alami saat ini, tetap JADILAH DIRI SENDIRI.
Tak perlu melakukan hal apapun untuk bermaksud sejenak meringankan beban yang ada.
Karena toh persoalannya tidak serta merta hilang.
JUST BE MY SELF.
Dan memang, kebiasaan diri sendiri dengan mengurung diri dalam kamarku yang remang dan hangat, adalah sikap yang paling aman.
Just be your self.
Just be my self.
eLIKa
'sedang gundah gulana'
Sabtu, 26 Juni 2010
Benarkah selingkuh itu indah ?
Rabu, 09 Juni 2010
Curhat Di Minggu pagi
“Saya habis berdebat dengan istri teman saya yang mengatakan bahwa perempuan itu nggak harus memasak untuk suami !”. “Apa jadinya kalo’ seperti itu?!”. “I can not do that !”. Dan bla bla bla …. Serentetan pendapat lainnya.
Hmm, lucu juga ketika mengetahui reaksinya. Saya pikir banyak lelaki yang sudah mengetahui bahwa sebagian perempuan-perempuan diluar sana tidak tertarik untuk memasak. Dan biasanya hal itu terjadi pada perempuan dengan karir yang tinggi melesat. Selain tidak memiliki waktu luang sebagai alasannya, ternyata masih ada perempuan yang berpikir bahwa sekarang ini bukan zamannya lagi untuk perempuan “masuk” dapur.
Ada yang benar, dan ada juga yang salah. Benar bahwa banyak wanita dengan karir yang sukses dan super sibuk, sehingga tak punya waktu lagi untuk melayani pasangan soal dapur dan makanan, dan lebih aman menyerahkannya kepada asisten – PRT. Hal ini sangat bisa dimaklumi, karena wanita zaman sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan wanita zaman dulu. Dimana wanita pada masa ini lebih smart dan inovatif sehingga lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah. Well, sangat penting memang coz bagaimanapun juga banyak kasus yang membuktikan bahwa wanita lebih telaten dalam mencari duit.
Dan salah apabila masih ada wanita yg berpikir kira-kira seperti ini, “Perempuan masak ?? hare genee ?? ngapain gue sekolah tinggi kalo’ ujung-ujungnya masih masuk dapur! percuma dong gue bayar pembantu …”. Hmm, lalu kenapa dengan wanita smart yang pandai memasak ? Memasak itu adalah kegiatan yang menyenangkan you know …. Apalagi dilakukan bersama pasangan yang dicintai, hmmm.
Menurut saya, perempuan itu akan semakin menunjukkan sex appeals-nya disaat memasak. Pada moment ini lah sangat terlihat bagaimana perempuan memainkan jemari dan pergelangan tangannya dalam mengolah makanan. It’s so hot. Setidaknya, itu yang saya rasakan ketika ‘bergaul’ dengan dapur ;-). Lagipula ketika seorang perempuan membuat suatu masakan dengan penuh cinta, itu akan menjadi suatu kepedulian khusus dan penghormatan kepada pasangan. Lelaki mana sih yang nggak senang disuguhkan makanan hasil kerja perempuan yang dicintainya ?
Bagi teman lelaki saya itu, (Dan bisa dikatakan ia adalah representasi dari beberapa lelaki dengan jawaban yang kurang lebih sama), perempuan menemukan identitasnya dalam aktifitas masak-memasak. Mungkin bagi kebanyakan perempuan, dengan adanya globalisasi dan pertukaran ide kultural, perempuan merasa sudah bukan jamannya lagi harus tinggal di dapur dan memasak untuk suami. Aktifitas masak-memasak bagi seorang istri/pasangan akhirnya di stigmatisasi menjadi semacam perbudakan dan ujung-ujungnya menghasilkan bias gender. Tapi mari kita mencoba sebuah paradigma yang mungkin lebih menhormati wanita dalam aktifitas masak-memasak. Jika wanita menemukan identitasnya dalam memasak, itu adalah sesuatu nilai positif. Akan menjadi salah jika ketika lelaki dengan seluruh kekuatan ekonomi, politik dan fisiknya mulai mengeksploitasi wanita. Ide mengenai gender muncul ketika perempuan terstigma secara ekonomi yg melahirkan kelemahan di bidang politik, pendidikan dan sosial. Bagi seorang lelaki, ketika wanita dengan seluruh hatinya menghidangkan sebuah masakan bagi suaminya, dia tidak hanya memberi makan suaminya, tapi ia telah memberi sebuah kehidupan sebab wanita untuk pria ibarat bumi bagi hewan dan tumbuhan. Masakan dari seorang wanita ibarat hujan bagi tanaman, atau rumput bagi ternak. Dan seorang perempuan menjadi sempurna ketika ia menjadi pemberi hidup, makanan jiwa dan raga bagi suami atau pasangannya.
Lalu teman saya ini melanjutkan komentarnya, “Disini (Australia - red.) rata-rata perempuan seperti itu Ka … Nggak mau memasak untuk pasangannya. Karena mereka pikir itu bukanlah suatu keharusan. Mungkin karena perbedaan paradigma dan perbedaan kultur yang menjadikan seperti itu. Beda banget dengan di Indonesia ”. Well, kembali lagi, saya pikir ke-tidak-inginan untuk memasak bagi perempuan bukanlah disebabkan karena faktor perbedaan budaya atau cara pandang mengenai ‘tugas & fungsi’ wanita yang satu itu, tetapi lebih kepada “pilihan” si wanita bagaimana menempatkan dirinya. Atau dengan kata lain si wanita malas mau atau tidak untuk memasak. Karena tak dapat dipungkiri jika seorang wanita merasa ‘bakatnya’ bukan di memasak, mau berkata apapun juga, ya dia takkan mau bergaul dengan dapur dan segala pernak perniknya. Trust me. It was happened.
Anyway, sedikit tips buat para lelaki yang memiliki pasangan yang “nggak doyan” memasak : Coba ajak pasanganmu ke dapur. Minta dia untuk membantumu di dapur. Memotong sayuran atau memotong buah sebagai dessert adalah awal yang bagus untuk menariknya memasuki area itu, sambil mengobrol atau bercanda tentang hal-hal yang menyenangkan tentunya. Jika dia ‘masih’ takut terkena minyak goreng panas, maka minta dia untuk tetap menemanimu di dapur. Dan dengan sedikit rayuan seperti, “Sayang, tolong aduk sayurnya sebentar dong … Tambahin garam secukupnya ya … ”, percaya deh, cara itu akan sangat manjur. And guess what ?! Tanpa sadar dia pun SUDAH memasak. Lakukan kegiatan itu setiap ada kesempatan. Dan bukan tidak mungkin, untuk selanjutnya dia yang akan mengajakmu duluan. So guys, you better try this way!
Rabu, 19 Mei 2010
Nyut. Nyut. Nyut ....
Rabu, 03 Maret 2010
HAM Vs Implementasi UU Hukuman Mati
Selasa, 02 Maret 2010
Cinta Vs. Persahabatan
Cinta dan persahabatan,
Takkan pernah bisa berjalan beriringan.
Dimana dua insan mencoba untuk menepis rasa,
Demi sebuah persahabatan ...
Rasa takut kehilangan satu sama lain,
Yang disebabkan oleh cinta.
Dan persahabatan pun dipilih,
Demi keabadian ...
Sampai kapan ini bertahan ?
Mungkin sampai cinta bisa memberi jaminan,
Bahwa ia takkan pernah menyakiti,
Ia takkan pernah mengecewakan,
Ia takkan pernah memberi luka,
Dan ia takkan pernah meminta tangis.
Dan jika saat itu tiba,
Aku akan berani mengatakan,
"Sahabatku ... Aku mencintaimu".
Kamis, 25 Februari 2010
Keindahan Yang Misterius
Sentuhan nafas dalam satu kekuatan
Tangan-tangan handal dalam setiap hentakan
wujud nyata dari sesosok adam rupawan
Angin lembut dalam pesona wajahmu
Air tenang dalam setiap tingkah lakumu
Bara api dalam setiap ambisimu
Idealisme menjadi bagian dari jiwamu
Misteri keindahan yang kau pancarkan
Aura pesonalitas yang kau dengungkan
Cinta dan misteri kini adalah kesatuan jiwaku
Segala pujianpun ku titipkan padamu
Rabu, 24 Februari 2010
Untitled
Aku telah mati,
Dalam kesepian dan kemarahan yang diam.
Dalam kesenangan dan kebahagiaan yang semu.
Dalam bayangan masa depan yang penuh fatamorgana.
Tapi itu dulu !
Aku terlahir kembali,
Dengan mengingat sejarah kebenaran.
Sikap frontal dengan penuh kesadaran.
Meskipun impulsif bisa menjadi pilihan.
Bagaimanapun juga ... Kebenaran lahir dari perdamaian setelah peperangan yang panjang.
Dan itu sekarang !
Aku telah hidup,
Dengan pro dan kontra yang masih ada.
Segala pertentangan hati yang masih eksis.
Namun itu manusiawi ... Alami.
Siapapun tak pernah bisa melihat dirinya sendiri secara transparan.
Bagaimanapun juga ... Akal sehat menjadi penanda manusia dengan derajat tingginya.
Dan itu adalah proses !
Kering ....
Kering ...
Ketidakpatuhan atas segala kebaikan-kebaikan yang telah menjadi doktrin dalam sejarah hidup manusia, membuat apa yang tampak menjadi terkesan sia-sia.
Akibatnya, kesalahan dan dosa terlihat sebagai keindahan yang disengaja.
Cinta yang dirasa pun menjadi kering ...
Aku tak mencintaimu,
Tapi tampaknya aku mencintaimu.
Sejarah mengajarkan cerita-cerita sendu nan pilu yang menuntut revolusi kehidupan.
Namun doktrin itu seketika menjadi sama saja,
ketika aku untuk kesekian kalinya mengecap paradoks-paradoks realita yang pada akhirnya menawarkan kekeringan.
Aku menawarkan kemandirian yang pantas bagiku,
Tapi dikehidupan sekitar tak ada catatan-catatan itu.
Aku lelah dengan idealisme-idealisme yang tak pandai bersekutu dengan realita yang tersedia.
Dan pada akhirnya, seorang manusia menjadi muak dengan segala kenikmatan yang sudah menjadi stigma sepanjang hidupnya.
Minggu, 21 Februari 2010
Dancing Fountain ; Hiburan Yang Murah
Rabu, 17 Februari 2010
Penampilan Islami = Lebih Baik. Benarkah ?
Selasa, 12 Januari 2010
-KNOWING- Kiamat itu ulahku
Sangat puas setelah menikmati film yang smart dan berkualitas. Dan itu adalah pendapat saya setelah nonton film ini. Bagi para penikmat film, hal ini pasti akan menimbulkan persepsi sendiri mengenai hakekat kiamat itu sendiri, baik dari segi science, religion, maupun prophecy. Semua orang percaya atau setidaknya semua manusia telah di doktrin untuk meyakini bahwa kiamat itu adalah akhir dari kehidupan di dunia. Kiamat itu adalah hari pengadilan akhir yang ditentukan oleh Tuhan yang menciptakan manusia itu. Tuhan semesta alam. Tuhan pencipta segala kehidupan di muka bumi. Tuhan yang diyakini sebagai Raja di atas Raja. Dan Tuhan yang akan selalu kekal meskipun hari kiamat itu tiba. Tapi satu hal yang paling penting adalah semua manusia diwajibkan percaya bahwa kiamat itu ada dan akan tiba waktunya, sesuai dengan keinginan Tuhan, dan tak ada satu manusia pun yang tahu. Hanya Tuhan.
Disinilah persoalannya. Setiap manusia di doktrin untuk percaya bahwa kiamat itu terjadi karena semakin banyaknya angka “dosa” yang dilakukan setiap manusia yang hidup di dunia, menurut perhitungan Tuhan. Kiamat itu adalah batas akhir kemurkaan Tuhan terhadap manusia. Dan hanya dengan satu kali perintah, Tuhan menghancurkan bumi, meletuskan semua gunung yang ada di permukaan bumi, meretakkan tanah-tanah dan menyedot setiap manusia masuk kedalam perut bumi, serta mengirimkan matahari sehingga berjarak hanya satu jengkal diatas kepala setiap manusia. Gambaran yang sangat mengerikan bukan ? setidaknya itulah hal yang dapat kita pelajari dari orang tua maupun buku-buku.
Tapi bagi para ilmuwan pemikir atau para scientist, tidaklah demikian. Terlepas dari pilihan keyakinan mereka, setidaknya ada penjelasan ilmiah ataupun penjelasan logis mengenai hakekat kiamat itu sendiri. Well, setiap manusia diberi berkah untuk dapat berpikir tentang hidup dan kelangsungan alam bukan ? Tuhan menciptakan bumi dan seluruh isinya secara “mentah”, dan manusialah yang meneruskan, menjaga, serta mengembangkannya. Hal inilah yang menarik untuk saya bahas disini.
Bumi kita telah terbentuk dari beratus-ratus jutaan tahun yang lalu. Para ilmuwan mengatakan bahwa bumi ini berasal dari partikel-partikel kecil yang terakumulasi sehingga terbentuklah seperti yang kita tempati di masa kini. Bukan bidang saya untuk meneliti tentang itu, tapi saya bisa mempelajari dan sedikit memahami tentang asal muasal terbentuknya bumi kita tercinta. Dan tulisan ini bukan untuk membahas mengenai komposisi maupun sejarah keilmuan terciptanya bumi, tapi saya hanya ingin memberikan pendapat saya mengenai bagaimana kiamat itu dapat terjadi dari sisi pemikiran saya yang sekiranya dapat dipahami secara logis menurut batas pemikiran manusia.
Hummm, beberapa tahun terakhir ini kita sangat dekat dengan istilah Global Warming ataupun Climate Change. Saya tak perlu memberikan perincian detail tentang definisi maupun faktor-faktor penyebab terjadinya kedua fenomena alam tersebut, karena pembahasan itu akan semakin memperpanjang tulisan ini (membosankan – red.). Lagipula saya yakin teman-teman pembaca sudah memahami tentang itu. Sebagian orang mengatakan bahwa musibah ataupun bencana alam yang sudah terjadi merupakan tanda-tanda bahwa kiamat itu sudah dekat. Bahwa Tuhan sudah semakin marah dengan manusia sehingga memberikan peringatan-peringatan semacam itu. Tetapi teman saya seorang Pastur mengatakan pendapatnya bahwa ketika seseorang meninggal dunia, itulah yang dinamakan kiamat. Menarik untuk saya sekaligus juga menyetujui pendapatnya. Saya setuju karena kiamat adalah saat berakhirnya kehidupan yang ada di dunia. Ketika seorang manusia meninggal, kehidupannya di dunia pun berhenti. Dan bagi saya, hal itu benar. Tetapi itu dari segi spiritualitas diri.
Kembali kepada kiamat dalam pengertian science. Tiba-tiba saya berpikir bahwa kiamat itu adalah ulah sang manusia sendiri. Begitulah kira-kira. Banjir besar yang melanda sebagian besar penjuru dunia, tanah longsor terjadi dimana-mana, sampai pada lapisan ozon yang rusak akibat ulah dari pelaku industri besar yang notabene manusia juga yang menjalankan. Sangat ironis karena ketika kita berpikir kenapa semua itu dilakukan tak lain karena alasan ekonomi. Well, semua orang butuh level ekonomi yang cukup bagi hidupnya. Bahkan setiap orang saling ketergantungan dalam menjalani siklus itu. Lalu siapa yang harus disalahkan ? Manusia memang. Tetapi apakah semuanya akan berjalan baik-baik saja jika kita melakukan sedikit “perbaikan” ? Mungkin iya. Tapi mungkin saja tidak. Karena bumi ini sudah rapuh. Bumi ini sudah terkontaminasi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu dan ia terendap dalam kesakitan yang telah sampai pada tahap hampir kritis.
Kasihan bumi kita. Ia butuh inpus lebih banyak. Ia butuh dokter yang senantiasa merawat ketika penyakitnya kambuh. Tetapi kesehatan itu mahal harganya. Jika kita tak ingin sakit, maka jangan sakit ! Dan itupun berlaku bagi bumi kita. Jika tak ingin bumi kita rapuh dan rusak, maka jagalah ia ! Karena kesehatan bumi kita sangat mahal harganya. Kerusakan infrastruktur karena banjir, tanah longsor, gempa, sangat merugikan bukan ? Kehilangan nyawa manusia pun tak bisa digantikan dengan budget berapapun nominalnya. Konferensi Iklim yang dilakukan secara besar-besaran dan berkali-kali dilaksanakan, pun telah mengeluarkan dana yang sangat besar.
Sangat mahal. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mendapatkan kembali kesehatan bumi kita sangat mahal. Dan ketakutan setiap manusia akan datangnya bencana yang lebih besar semakin terasa. Syndrome 2012 tak mempengaruhi saya. Tetapi pada akhirnya kematian akan datang kepada kita semua. Dengan cara apapun yang ia mau. Dan saat ini saya lebih mempercayai bahwa kiamat itu adalah kematian diri saya. Kematian tubuh saya. Tetapi kalaupun benar kiamat itu diartikan dengan hancurnya bumi, maka itu karena ulah manusia sendiri. Ulah kita sendiri.
Tololnya Diriku
Aku lelah. Aku muak. Inilah batas tertinggi kesabaranku atas ketololan diri sendiri. Atau ke-tidak beruntung-an hidup. Atau apalah itu namanya. Aku merasa …. Tak punya arti apapun dalam menjalani hidupku sendiri. Terlalu polos, terlalu nrimo, terlalu “lurus”, terlalu idealis, terlalu lemah dan terkesan tak berdaya ketika persoalan datang, terlalu “miskin” perubahan, terlalu …., terlalu …., dan terlalu lainnya.
Aku membenci diriku sendiri. Atas kesombongan-kesombongan yang menjebak diri dan pikiranku sendiri. Aku lebih memilih untuk menjadi orang yang beruntung daripada terjebak dengan gelar “orang pintar” ini. Tetapi sayangnya aku bukan orang yang beruntung. Atau mungkin saja di masa sekarang ini, keberuntungan sedang tidak berpihak kepadaku. Hmmmm.
Terlalu berharap akan pertolongan Tuhan. Itu ketololan lain atas sikap “terlalu” ini. Aku belajar mendekatkan diri dan lebih memahami akan Tuhan dengan harapan bahwa Ia akan (dengan) segera mengabulkan permohonan-permohonanku. Tapi aku salah besar kali ini. Tiba-tiba tersadar bahwa dengan belajar mengenal Tuhan, aku harus “fokus” pada proses pembelajaran ini, bukan pada hal-hal yang bersifat duniawi dulu. Maksudnya, jika merasa “baru” mengenal Tuhan jangan serta merta bersikap “tak tahu diri” merepotkan Tuhan atas permintaan-permintaan duniawi. Tuhan pun akan tertawa karena ketololan ini. Dan mungkin Tuhan akan berkata, “tak ada yang gratis didunia ini, bodoh!. Kau harus mengenal dan mencintaiKu lebih dalam lagi sebelum aku mempertimbangkan untuk menjadikanmu salah satu manusia yang LAYAK dikabulkan setiap doa-doamu. Perbanyak dulu ibadah kepadaKu dan tingkatkan dulu keimananmu, sebelum kau datang lagi kepadaKu dengan permintaan-permintaanmu itu!”. Hmmm. Kurang lebih seperti itulah. Tapi …. Mungkin juga Tuhan tidak akan berkata seperti itu, karena Tuhan Maha Pengasih dan terlalu mencintai umat-umatNya sehingga Ia selalu luluh jika ada (seorang) umatNya yang sedang kesusahan. Mungkinkah seperti itu? ha ha ha … lucu sekali. Aku hampir menjadi seperti orang gila jika terus bersikeras memikirkan tentang apa yang Tuhan pikirkan mengenai diriku. Ketololan yang lain.
Lalu apa yang salah dengan diriku? Entahlah. Aku belum menemukan jawabannya. Apakah aku memang sudah ditakdirkan “sial” seperti ini? Atau aku harus merubah hidupku? Hanya dengan merubah hidup? Apakah itu bisa jadi patokan? Aku tak akan pernah tahu jika tak mencobanya dulu. Jadi …. Aku harus merubah diri secara keseluruhan!!!