Rabu, 09 Maret 2011

Bahkan Tuhan Pun Bisa Cemburu …

Setiap orang pasti pernah bersikap berlebihan. Entah itu berlebihan soal makanan, pola hidup, cara berbicara, cara bergaul, sampai pada hal yang paling pribadi sekalipun, yaitu berlebihan dalam mencintai seseorang. Tak ada yang salah memang kalau dipandang dari segi hak dan kehidupan sosial. Tetapi jika coba di ingat-ingat lagi, sebenarnya Tuhan tak suka dengan segala sesuatu yang bersifat “berlebihan” itu. Well, bukan bermaksud sok mengenal Tuhan atau bermaksud lebih pintar soal keTuhan-an, tapi untuk persoalan ini saya pikir sebagian besar individu sudah cukup memahami.
Saya ambil contoh yang mudah dipahami saja. Pengalaman pribadi sih sebenarnya. Bukan apa-apa, supaya lebih mudah untuk menjelaskannya saja.
Mencintai seseorang. Sangat indah memang ketika kita mengalami rasa itu. Otak dan perasaan yang cukup terkuras untuk memikirkan dia, waktu yang terkadang atau bahkan seringkali di pause hanya untuk duduk termenung sejenak mencoba mengingat-ingat kembali moment yang telah dihabiskan bersama dia sambil tersenyum-senyum sendiri, plus doa-doa yang selalu kita panjatkan setiap hari. Bahkan lebih dari sekali dalam satu hari. Amazing ya? Setiap orang yang pernah mengalami jatuh cinta yang begitu dalam pasti setuju akan hal ini.
Tapi, tidak kah kamu menyadari bahwa sikap-sikap seperti itu adalah salah?
Okay, let me explain you about this …. Hmm.
Ketika kita memutuskan untuk mencintai seseorang, kita memang merasa lebih dekat dengan Tuhan. Doa-doa yang kita panjatkan setiap saat yang kira-kira bunyinya seperti ini, “Tuhan, aku sangat mencintainya. Dia baik untukku. Aku tak ingin kehilangan dia. Tolong aku ya Tuhan? Jadikan dia jodohku”.
Tak masalah dengan isi doa atau soal permintaannya. Dan saya pikir Tuhan pun pasti tak akan keberatan dengan permohonan-permohonan kita yang seringkali lebay itu. Tetapi yang menjadi persoalan kemudian adalah, apakah kita tetap “setia” dengan permohonan itu bahkan jika kita sudah mendapatkan apa yang kita mau?
Tuhan selalu mengabulkan permohonan kita, manusia. Meskipun terkadang tidak sesuai dengan keinginan, tetapi Tuhan selalu menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan boleh percaya atau tidak, Tuhan pun senantiasa “menguji” kita jika Ia telah mengabulkan keinginan kita. Mau penjelasan lagi tentang ini? Okay.
 Kembali pada hal mencintai seseorang tadi.
Tuhan mendengarkan doa kita. Ia menjadikan orang yang kamu cintai itu menjadi pasanganmu. Apakah problem-nya selesai sampai disitu saja? Iya ! Masalahnya sudah selesai jika kamu langsung merasa puas diri. Tapi, persoalannya tidak selesai sampai disitu saja bagi kamu yang tetap “setia” berdoa kepada Tuhan.
Kamu mendapatkan pasanganmu, tetapi kamu tetap “setia” akan doa-doamu. Jika sebelumnya kamu berdoa meminta supaya Tuhan menjadikan dia pasanganmu, dan setelah itu terwujud, saatnya kamu mengganti doa dengan meminta supaya Tuhan TETAP menjaga cinta kalian berdua. Tetapkan doa itu selalu. Hey, ini memang hal kecil tapi sangat penting! Dan itu yang sering terlupakan.
Seringkali orang-orang yang sudah terwujud doa-doanya kemudian lupa. Ketika mereka meminta, mereka pun mencari Tuhan. Dan ketika mereka sudah mendapatkan, mereka berterimakasih, lalu “menghilang” dengan doa-doa mereka.
Mereka lupa, Tuhan bisa menarik kembali perwujudan itu kapan saja Ia mau. Dan jika kamu terlalu “terbuai” dengan cinta yang kamu rasakan saat ini, bahkan terkesan jauh lebih mencintai pasanganmu ketimbang Tuhan itu sendiri, Ia akan senantiasa menarik kembali cinta kalian supaya kamu “kembali” mengingatNya dan menempatkanNya kembali pada posisi nomor satu di hatimu.
Hey … Ingat, bahkan Tuhan pun bisa cemburu.

7 komentar:

Life In Mono mengatakan...

bener banget ...kebanyakan orang lupa sama Tuhan saat mereka sedang jatuh cinta ...padahal manusia bisa meninggalkan kita kapan saja ...tapi Tuhan slalu ada ...slalu di situ ...ga pernah kemana mana...slalu mendengar doa kita , bahkan saat kita ditinggalkan

maia mengatakan...

Lucu. Tapi bukankah semua yg dicipta mewarisi sedikit kalau tak byk, sifat2 tuhan. Kita mmg mewarisi cemburu itu dari Dia. Nice one, Gigly.

Shindu Saksono mengatakan...

Terima Kasih Eka, atas pencerahannya. Dari tulisanmu, mas bisa bayangkan betapa dekatnya kamu dengan Tuhan, padahal mas sampai sekarang masih berusa mengenal Tuhan. Tapi kamu sudah bisa membaca perasaan Tuhan, kapan Tuhan senang, kapan Tuhan cemburu.
Saat ini mas masih terjebak bahwa cara bepikir Tuhan dengan cara berpikir kita, cara berperasaan Tuhan dengan cara perasaan kita. Mas terkadang sering lihat kucing mas di rumah, membayangkan bagaimana cara dia berpikir. Terus bagaimana pandangan dia tentang Shindu. Bagaimana si kucing memahami perasaan tuannya, mencerna pemikiran tuannya...

Terima kasih Eka, kamu memberi pencerahan baru buat mas, yang tidak bisa mas jelaskan ke kamu.

jeffry mengatakan...

itulah yang pernah saya alami, dan saya juga pernah berpikir PERSIS seperti yang ibu eka tulis diatas tadi. tapi karena saya tidak punya bakat untuk menulis, maka tulisan itu pun hanya mentok sampai di otak yang kecil ini.

persoalan nya sekarang, apakah kita bisa setia terhadap satu doa?

Unknown mengatakan...

Betul, aslinya mmg Tuhan itu pencemburu...bukan hanya trhadap pasangan kita, segala sesuatu yg kita jadikan prioritas plg penting dlm hidup ini (no.1 di hati..sprt kt Eka) bisa diambil kembali klo kita mendewakannya. Sprti karir, studi, anak, hobby, keluarga, dll.

Semua itu, trmasuk pasangan sbnrnya hanya alat untuk kita lebih memuliakan Tuhan, untuk lebih dekat kepada Tuhan, but klo semuanya menjadi terbalik (membuat kita jd mkn jauh dr-Nya), wah.. Tuhan dirugikan dong..dan Tuhan mau kita kembali pada-Nya..nah klo terpaksa dia ambil apa yg kita anggap no-1 itu, betapa menyakitkannya ya...(meskipun maksud-Nya utk kebaikan kita).

Hmm, nice article, Eka!! Thanks udah dsharingkan :))

nana antjis mengatakan...

Yeah,singkat cerita, Tuhan tetap menjadi yang pertama dan utama! Tidak salah dan tidak ada yang perlu disalahkan. Dalam situasi di mana kita sedang merasakan getaran dan daya tarik yang luar biasa dari/kepada org yang kita cintai, memang seringkali terkesan berlebihan. Namun perlu diingat bahwa Tuhan tetap yang utama. Ingat, dalam 10 Perintah yang diberikan kepada Musa, Tuhan menegaskan bahwa hanya Dialah yang patut kita sembah dan jangan membuat allah lain selain Dia. Allah lain yang dimaksud dlm konteks yg enu katakan di atas adalah orang/pasangan kita yang kita posisikan sebagai yang utama dan terutama dalam pikiran dan tindakan kita. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan sengenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Cintailah Tuhan dengan segenap akal budi dan cintailah pasanganmu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.Jangan sampai mencintai dia membuat kadar cinta kepada diri kita berkurang karena menderita oleh pikiran dan perasaan yang terkuras karena dia (hehehe walaupun sy jg kadang masih mengalaminya bahkan sampai sekarang):)
Tentang doa, kita jangan memaksa kehendak Tuhan. Biarkan Dia yang menentukan. Jadi, kalau berdoa mungkin bisa dengan banyak bersyukur dan penuh penyerahan diri termasuk pasangan. Dari pengalaman pribadi juga, saya berdoa seperti ini "Tuhan berilah aku jodoh yang baik". atau setelah mendapatkannya, "Tuhan kalau memang dia yang Engkau kirimkan untuk aku, restuilah hubungan dan cinta kami, amin." :)

eKa eLiKa LaYLa mengatakan...

@ Wuri & Maia : makasih udah menyimak :-)

@ Mas Shindu : makasih mas, semoga kita bisa saling share ya :-)

@ Jefry : Kita bisa selalu setia dengan satu doa, yang penting kita "mau" dan "imani" itu ...

@ Mbak Melva : yup, persis seperti apa yang aq maksud jg mbak ...
Semoga kita bisa saling share ya :-)

@ Antjis : Wah, lengkap juga penjelasannya ya ..hehe. Hmm, semoga kamu sudah mengaplikasikan-nya ya :-)

Posting Komentar